Ruben Amorim Kesal Usai Man United Bisa Kalah dari West Ham. Old Trafford yang seharusnya jadi benteng tak tergoyahkan malah jadi saksi kekecewaan lagi malam itu. Manchester United, di bawah Ruben Amorim, sempat unggul lewat gol sundulan Diogo Dalot di menit ke-58, tapi akhirnya terpeleset dengan hasil imbang 1-1 saat menjamu West Ham United pada 4 Desember 2025. Gol penyeimbang Soungoutou Magassa di menit ke-83, lahir dari sepak pojok yang kacau, merenggut peluang naik ke posisi kelima klasemen. Amorim tak bisa sembunyikan kekesalannya—wajahnya merah padam di pinggir lapangan, dan di ruang media, ia blak-blakan: “Marah dan frustrasi, itu saja.” Hasil ini bukan sekadar poin hilang, tapi sorotan pada inkonsistensi tim yang masih bergulat dengan identitas baru di era Amorim. West Ham, meski terperosok di dasar klasemen, pulang dengan senyum tipis, sementara United tertahan di peringkat kedelapan dengan 22 poin. INFO SLOT
Frustrasi Amorim atas Inkonsistensi Permainan: Ruben Amorim Kesal Usai Man United Bisa Kalah dari West Ham
Amorim kesal karena permainan timnya tak pernah stabil sepanjang laga. “Itu bukan performa konstan,” katanya tegas, merujuk pada babak pertama di mana United mendominasi penguasaan bola hingga 62 persen tapi gagal cetak gol meski ciptakan empat peluang emas. Setelah gol Dalot, momentum seharusnya terkunci, tapi tim malah kehilangan ritme—possession turun ke 55 persen di 15 menit terakhir. Amorim soroti periode krusial di kedua babak, di mana United kalah kontrol dan biarkan West Ham bangkit lewat counter sederhana. “Kami punya momen bagus, tapi gagal manfaatkan,” tambahnya, menekankan bahwa inkonsistensi ini bukan hal baru—United tak menang di tiga laga terakhir meski unggul duluan. Kekesalannya bukan pada skor saja, tapi pada pola berulang yang bikin tim terlihat rapuh, terutama di kandang sendiri di mana mereka kalah dari Everton pekan lalu.
Kelemahan Bertahan Set-Piece yang Diantisipasi: Ruben Amorim Kesal Usai Man United Bisa Kalah dari West Ham
Salah satu sumber amarah terbesar Amorim adalah kegagalan bertahan dari bola mati, khususnya sepak pojok. Gol Magassa lahir dari situasi yang ia sudah waspadai: flick-on Jarrod Bowen dibersihkan Noussair Mazraoui di garis gawang, tapi bola liar jatuh ke kaki Magassa yang sundul bebas. “Kami tahu set-piece bakal jadi masalah karena perbedaan tinggi badan,” keluh Amorim, mengingat United kebobolan 15 kali dari situasi serupa musim ini—rekor buruk yang hanya kalah dari West Ham sendiri. Marking longgar di kotak penalti, terutama setelah substitusi defensif, buka celah lebar. Amorim akui latihan intensif soal ini, tapi eksekusi malam itu nol besar. “Kami bisa kontrol permainan seperti ini,” tambahnya dengan nada getir, menyoroti bahwa West Ham, dengan skuad lebih tinggi, manfaatkan kelemahan ini sempurna. Ini bukan kejutan, tapi kegagalan antisipasi yang bikin pelatih Portugal ini mondar-mandir frustrasi sepanjang injury time.
Kesalahan Manajemen Setelah Gol dan Substitusi
Amorim tak henti kesal soal manajemen laga setelah unggul. “Setelah gol pertama, kami kehilangan bola kedua,” ujarnya, merujuk pada tendangan panjang West Ham yang dimenangkan tiga lawan satu di lini tengah—Mateus Cunha kalah duel fisik krusial. Substitusi seperti keluarnya Ayden Heaven di babak kedua (setelah kartu kuning dini dan performa goyah) dengan Leny Yoro memang tambah soliditas, tapi terlambat cegah momentum lawan. Amorim pilih Heaven sebagai starter taktis untuk istirahatkan Yoro, tapi hasilnya bumerang: bek muda 19 tahun overwhelmed oleh Callum Wilson. “Itu keputusan taktis, tapi besok kita bahas,” katanya, menyiratkan evaluasi mendalam. Ia juga sebut tim terlalu defensif berlebih, buka ruang untuk serangan balik Hammers. Kekesalan ini makin jadi saat Bruno Fernandes slices peluang emas di injury time—momen yang seharusnya tutup laga tapi malah biarkan poin lepas.
Dampak pada Posisi Tim dan Tekanan Amorim
Hasil imbang ini tambah tekanan pada Amorim, yang timnya kini delapan klasemen, lewati Liverpool tapi gagal dekati papan atas. West Ham naik tipis ke 18 dengan 12 poin, dua di atas zona merah—poin krusial bagi Nuno Espírito Santo. Amorim kesal karena ini kali ketiga United tak menang meski unggul, pola yang ia sebut “tidak cukup baik.” Ia tuntut pemulihan cepat jelang lawan Wolves Senin depan, di mana United punya rekor buruk: kalah dua kali musim lalu. “Kami bangun urgensi hasil, tapi harus pulih lebih cepat,” tegasnya, menekankan bahwa dominasi (65 persen possession keseluruhan) tak berguna tanpa ketajaman. Kekesalannya juga sentil fans yang boo di akhir laga—ia paham kekecewaan, tapi janji tim akan belajar. Ini momen di mana Amorim, biasanya tenang, tunjukkan api juangnya untuk dorong skuad maju.
Kesimpulan
Imbang 1-1 ini tinggalkan luka dalam bagi Amorim, yang kesalnya meledak atas inkonsistensi, kelemahan set-piece, dan manajemen buruk yang biarkan West Ham curi poin. “Kami kehilangan dua poin yang seharusnya tiga,” ringkasnya, tapi di balik amarah, ada tekad evaluasi besok pagi. United punya potensi—gol Dalot bukti itu—tapi butuh disiplin ekstra agar tak ulang kesalahan ini. Bagi Amorim, ini pelajaran keras: filosofi 3-4-3-nya butuh waktu, tapi urgensi tak boleh tunggu. Musim Premier League 2025-26 masih panjang; semoga kekesalan ini jadi bahan bakar, bukan beban yang hantam ambisi Eropa. Fans patut sabar, tapi Amorim tahu—waktu tak banyak untuk bukti janjinya.
