Rahmad Darmawan Bahas Kekalahan Timnas Indonesia vs Filipina. Kekalahan tipis 0-1 Timnas Indonesia U-22 dari Filipina di laga perdana Grup C SEA Games 2025 mengejutkan banyak pihak. Gol sundulan Otu Banatao di injury time babak pertama, tepatnya menit ke-45+3, menjadi penentu nasib Garuda Muda di Stadion 700th Anniversary, Chiang Mai, Thailand, Senin malam (8/12/2025). Meski mendominasi penguasaan bola hingga 65 persen dan melepaskan 14 tembakan—enam tepat sasaran—tim asuhan Indra Sjafri gagal menyamakan kedudukan di babak kedua. Kekalahan ini membuat peluang lolos semifinal langsung tertutup, bergantung pada hasil lawan Myanmar dan runner-up Grup B. Rahmad Darmawan, pelatih berpengalaman yang pernah gandeng Indra di timnas senior, tak tinggal diam. Ia soroti anjloknya performa pemain, sebut tim tak siap bersaing, dan tekankan urgensi perbaikan mental serta teknis. Komentar Darmawan ini jadi obat getir bagi skuad juara bertahan yang kini terpojok di awal turnamen. INFO TOGEL
Komentar Tajam Rahmad Darmawan: Rahmad Darmawan Bahas Kekalahan Timnas Indonesia vs Filipina
Rahmad Darmawan langsung angkat bicara usai laga, soroti penurunan kualitas Garuda Muda yang kontras dengan status juara bertahan. “Performa anak-anak anjlok parah. Mereka tampak tak siap bersaing, padahal potensi ada di sana,” katanya, menekankan bahwa dominasi statistik tak berarti tanpa eksekusi tajam. Darmawan, yang kenal dekat dengan Indra Sjafri sejak era PSSI 2010-an, bilang kekalahan ini bukan kebetulan, tapi akumulasi kurangnya intensitas latihan akhir-akhir ini. Ia ingatkan bahwa Filipina, meski underdog, unggul dalam efektivitas: satu tembakan tepat sasaran dari empat usaha jadi gol penentu. “Ini pelajaran mahal. Kalau tak bangkit, mimpi emas kedua tinggal mimpi,” tambahnya, dengan nada tegas tapi penuh harap. Komentar ini viral cepat, picu diskusi di kalangan pecinta sepak bola nasional soal regenerasi yang sempat dianggap mulus.
Analisis Kekalahan: Dominasi Sia-Sia: Rahmad Darmawan Bahas Kekalahan Timnas Indonesia vs Filipina
Dari awal laga, Indonesia tampil superior. Rafael Struick dan Mauro Zijlstra berulang kali ancam gawang Filipina, termasuk peluang emas tendangan keras M. Ferrari di menit ke-27 yang ditepis kiper lawan. Penguasaan bola Garuda Muda capai 65 persen, tapi penyelesaian akhir tumpul jadi biang kerok. Filipina, di bawah Garrath McPherson, main pragmatis: bertahan rapat dan manfafaatkan serangan balik. Gol Banatao lahir dari kemelut kotak penalti usai umpan silang, saat lini belakang Indonesia lengah di momen krusial. Babak kedua, tekanan gencar dari Hokky Caraka cs tak hasilkan gol, dengan Ernando Ari di gawang lawan sibuk parry tembakan. Darmawan sebut ini soal konsentrasi: “Dominasi bagus, tapi tanpa gol, sia-sia. Lawan pintar hukum kesalahan kita.” Statistik tembakan 14-4 untuk Indonesia kontras dengan efektivitas Filipina, yang lolos ke semifinal berkat poin penuh.
Dampak pada Perjalanan Turnamen
Kekalahan ini ubah dinamika Grup C, di mana Indonesia kini wajib sapu bersih lawan Myanmar pada 12 Desember untuk harap runner-up terbaik. Dengan mundurnya Kamboja, grup cuma dua laga, bikin selisih gol krusial—minus satu saat ini. Indra Sjafri akui tim kehilangan momentum pasca-gol, tapi optimis rotasi skuad bantu pulihkan stamina. Darmawan dukung penuh, sarankan fokus mental: “Jangan panik, tapi introspeksi. Myanmar lebih lemah, manfaatkan untuk bangkit.” Dampak lebih luas: tekanan ke PSSI naik, apalagi target emas dari Kemenpora. Fans kecewa, tapi ini ujian regenerasi diaspora seperti Ivar Jenner yang debut kurang greget. Jika kalah lagi, peluang semifinal tipis, ancam posisi Indra yang kontraknya habis pasca-turnamen.
Kesimpulan
Komentar Rahmad Darmawan jadi panggilan bangun bagi Timnas U-22 Indonesia pasca-kekalahan menyakitkan dari Filipina. Anjloknya performa, dominasi tak terealisasi, dan hukuman kesalahan jadi pelajaran berharga di SEA Games 2025. Meski start buruk, jendela perbaikan masih terbuka lebar lawan Myanmar—cukup kemenangan telak untuk selamatkan muka. Garuda Muda, yang lahir dari kerja keras Indra Sjafri, punya DNA juara; tinggal poles mental dan eksekusi. Sukses atau gagal, turnamen ini ukur kesiapan mereka ke Asian Games 2026. Bangkitlah, Indonesia—sepak bola nasional butuh cerita heroik, bukan pil pahit.
