Mohamed Salah: Saya Bisa Tinggalkan Liverpool. Sorotan sepak bola Inggris kini tertuju pada Mohamed Salah, bintang Liverpool yang buka suara soal masa depannya. Usai laga imbang 3-3 melawan Leeds United di Elland Road, Salah ungkapkan kekecewaan mendalam: merasa “dilempar di bawah bus” oleh klub, tak lagi punya hubungan dengan pelatih Arne Slot, dan sinyalkan kemungkinan tinggalkan Anfield. Pernyataan ini datang saat ia duduk di bangku cadangan untuk ketiga kalinya berturut-turut, dengan hanya 45 menit bermain di tiga laga terakhir. Liverpool, juara bertahan yang kini tertatih di posisi kedelapan klasemen setelah start buruk—hanya dua kemenangan dari 10 laga—kini hadapi krisis internal. Bagi Salah, usia 33 tahun dengan kontrak hingga 2027, ini jadi momen krusial jelang AFCON di Maroko mulai 15 Desember. Laga kontra Brighton akhir pekan ini bahkan disebutnya sebagai kemungkinan pertandingan terakhir. INFO SLOT
Pernyataan Kontroversial Salah: Mohamed Salah: Saya Bisa Tinggalkan Liverpool
Dalam wawancara pasca-pertandingan, Salah tak segan tuang emosi. “Saya sangat kecewa. Saya sudah beri begitu banyak untuk klub ini, terutama musim lalu,” katanya, merujuk gelar Premier League keduanya dan status pemain terbaik. Ia tuduh ada pihak di klub yang jadikan ia kambing hitam atas performa tim yang merosot, meski tak sebut nama spesifik. Hubungan dengan Slot, yang sempat harmonis sejak pelatih Belanda ini gantikan Jurgen Klopp musim panas, kini retak total. “Hubungan kami sangat baik dulu, tapi tiba-tiba hilang. Tak ada komunikasi lagi sejak pertemuan Jumat lalu,” tambahnya. Salah akui tahu sehari sebelumnya tak bakal starter, tapi pilih telan pil pahit dan pulang. Ia bahkan ragu perpanjang kontrak April lalu, saat bisa pergi gratis: “Bayangkan betapa buruknya saya harus jawab ini.” Meski tak konfirmasi tawaran dari Timur Tengah, nada bicaranya sinyalkan pintu transfer Januari terbuka lebar.
Penurunan Performa Liverpool: Mohamed Salah: Saya Bisa Tinggalkan Liverpool
Start buruk Liverpool musim ini jadi latar belakang ledakan Salah. Tim asuhan Slot kumpul lima poin dari sembilan kemungkinan di tiga laga terakhir: imbang 3-3 lawan Leeds, plus dua hasil lain yang kecewakan. Salah, yang cetak empat gol saja—satu penalti—dan dikritik minim kerja defensif, jadi sasaran utama. Namun, ia bantah jadi biang kerok, tekankan kontribusinya historis: 250 gol sejak 2017, termasuk era dominasi Klopp. Absennya di lapangan bikin lini serang pincang, terlihat saat Liverpool lepas dua keunggulan lawan Leeds. Slot, dalam responsnya, sebut keputusan rotasi berdasarkan adaptasi taktik hadapi kekuatan lawan, tapi akui situasi sulit. Fans Anfield, yang biasa nyanyikan namanya, kini khawatir: apakah ini akhir era emas Salah di Merseyside, di mana ia ubah Liverpool dari tim bagus jadi raja Eropa?
Reaksi Klub dan Spekulasi Masa Depan
Pernyataan Salah langsung picu reaksi berantai. Slot pilih diam soal hubungan pribadi, tapi tekankan prioritas tim: “Kami harus terima situasi dan fokus top four.” Manajemen Liverpool, yang tolak tawaran 150 juta poundsterling dari klub Saudi 2023, kini pertimbangkan opsi jual untuk hemat gaji 30 juta poundsterling per tahun. Rumor Saudi Pro League kembali menguat—mereka siap dana besar untuk bintang 33 tahun ini, mirip kasus Ronaldo. Salah sendiri akui negosiasi dengan liga itu “sangat mungkin” musim panas lalu, tapi pilih setia. AFCON beri jeda: ia gabung Mesir hingga akhir Januari, beri waktu renungkan. Jika tinggalkan Januari, Liverpool untung finansial tapi rugi ikon; jika bertahan, butuh rekonsiliasi cepat. Analis yakin fans bakal dukung Salah, tapi tekanan bisa ubah narasi seperti kasus Trent Alexander-Arnold musim lalu.
Kesimpulan
Pernyataan Mohamed Salah soal kemungkinan tinggalkan Liverpool jadi guncangan bagi juara bertahan yang sedang goyah. Dari tuduhan “dilempar di bawah bus” hingga retaknya hubungan dengan Slot, ini ungkap rapuhnya dinamika tim di tengah start buruk. Bagi Salah, yang beri warisan abadi dengan 250 gol, masa depan tergantung rekonsiliasi atau tawaran menggiurkan dari luar. Liverpool butuh ia untuk bangkit ke puncak, tapi prioritas kolektif harus di atas emosi individu. Jelang AFCON dan jendela transfer Januari, cerita ini tunjukkan sepak bola tak kenal abadi: loyalitas bisa pudar, tapi legacy tetap. Fans Anfield berharap akhir bahagia, tapi realitas bilang: di sepak bola, tak ada yang pasti.
