Dominasi PSG di Ligue 1 dan Upayanya Menjadi Raja Eropa. Paris Saint-Germain (PSG) telah menjadi kekuatan dominan di Ligue 1 selama lebih dari satu dekade terakhir. Sejak diakuisisi oleh Qatar Sports Investments (QSI), PSG ini mengalami transformasi besar yang mengantarkan mereka menjadi raksasa sepak bola Prancis. Namun, meski sukses di kompetisi domestik, mereka masih berjuang untuk mencapai supremasi di Eropa, khususnya Liga Champions.
Dominasi PSG di Ligue 1
PSG telah memenangkan hampir semua gelar Ligue 1 sejak musim 2012–2013 lalu . Klub ini hanya kehilangan trofi liga dua kali dalam periode tersebut yaitu musim 2016–2017 (diraih AS Monaco) dan 2020–2021 (diraih Lille). Dengan kekuatan finansial yang luar biasa, PSG ini mampu mendatangkan pemain-pemain top dunia ini seperti Zlatan Ibrahimović, Neymar, Kylian Mbappé, dan Lionel Messi.
Keunggulan PSG di Ligue 1 terlihat dari dominasinya dalam jumlah poin, selisih gol, dan superioritas skuad. Mereka ini sering kali menyegel gelar juara jauh sebelum musim berakhir. Selain itu, mereka sangat rajin mengoleksi trofi domestik lain seperti Coupe de France dan Coupe de la Ligue. Namun, dominasi ini menghadirkan tantangan tersendiri dan Persaingan Ligue 1 cenderung tidak seimbang.
Tantangan di Liga Champions Berbeda dengan Ligue 1
Meskipun mendominasi sepak bola Prancis, PSG masih mencari kejayaan di Liga Champions. Mereka nyaris mencapainya pada musim 2019–2020 ketika berhasil mencapai final, tetapi dikalahkan Bayern München 1-0. Sejak itu, PSG juga terus melakukan berbagai upaya, termasuk mendatangkan pemain bintang seperti Messi, Sergio Ramos, dan Achraf Hakimi, akan tetapi hasilnya belum sesuai harapan. Berikut adalah beberapa faktor yang menjadi kendala PSG dalam upaya menjadi Raja Eropa adalah:
⦁ Kurangnya Mental Juara : Meskipun memiliki skuad bertabur bintang, PSG sering kali gagal dalam momen-momen krusial di Liga Champions. Mereka beberapa kali tersingkir secara dramatis, seperti saat melawan Barcelona (2017) dan Manchester United (2019).
⦁ Ketergantungan pada Individu : PSG sering kali mengandalkan performa individu, bukan permainan kolektif yang solid. Klub-klub seperti Manchester City dan Bayern München menunjukkan keseimbangan tim lebih penting daripada sekadar memiliki pemain bintang.
⦁ Tingkat Kompetisi Ligue 1 : Persaingan di Ligue 1 yang kurang intens dibandingkan Premier League atau La Liga membuat PSG tidak terbiasa menghadapi lawan berat setiap pekan. Hal ini berdampak pada kesiapan mereka ketika harus berhadapan dengan tim-tim elite Eropa.
Upaya PSG Mewujudkan Mimpi Menjadi Juara Eropa
Dalam beberapa musim terakhir, PSG terus berupaya membangun skuad yang jauh lebih kompetitif. Pergantian pelatih dari Thomas Tuchel, Mauricio Pochettino, hingga Luis Enrique juga menunjukkan ambisi mereka untuk menemukan strategi yang tepat. Mereka juga lebih fokus pada pengembangan pemain muda seperti Warren Zaïre-Emery agar bisa menciptakan tim yang jauh lebih seimbang lagi.
Investasi besar masih menjadi strategi utama PSG. Dengan dukungan dana dari Qatar, mereka tetap menjadi magnet bagi para pemain-pemain top dunia. Namun, untuk bisa benar-benar menjadi Raja Eropa, PSG harus memperbaiki mentalitas dan strategi tim agar lebih kompetitif di Liga Champions.
Masa depan PSG di Eropa ini masih penuh dengan tantangan yang sangat besara, akan tetapi dengan kombinasi pemain berbakat, pelatih yang tepat, dan pengalaman lebih banyak di kompetisi elite ini, mereka masih memiliki peluang besar untuk meraih trofi Liga Champions yang telah lama diidamkan.