Debut Kiper Ketiga “Ndredheg” di PSIM Yogyakarta. Di tengah hiruk-pikuk Super League 2025/26 yang memasuki pekan ke-14, cerita inspiratif datang dari PSIM Yogyakarta saat kiper ketiga mereka, Khairul Fikri Maarif, akhirnya merasakan getar debut di level tertinggi. Pada 28 November 2025, di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang dipenuhi 56 ribu penonton, Fikri turun mengawal gawang Laskar Mataram lawan Persija Jakarta. Momen itu tak terduga: kiper utama Cahya Supriadi dipanggil Timnas U-22 untuk SEA Games 2025 di Thailand, sementara kiper kedua Harlan Suardi absen karena cedera ACL saat latihan. Fikri, yang biasa jadi pelapis, kini jadi satu-satunya pilihan. Meski PSIM kalah 0-2, penampilannya jadi sorotan positif, lengkap dengan pengakuan “ndredheg” atau gemetaran yang ia rasakan. Debut ini bukan hanya soal menit bermain, tapi bukti ketangguhan pemuda 22 tahun asal Purworejo ini. INFO SLOT
Latar Belakang dan Perjalanan Khairul Fikri: Debut Kiper Ketiga “Ndredheg” di PSIM Yogyakarta
Khairul Fikri Maarif bergabung dengan PSIM pada 1 September 2023, langsung menjajal debut di Liga 2 saat tandang ke Malut United pada 30 September tahun itu. Sejak saat itu, ia lebih sering jadi kiper ketiga, tampil di tiga laga musim 2024/25 saat skuad masih di kasta kedua. Kini, naik ke Super League, Fikri harus tunggu momen krusial seperti ini. Lahir di Purworejo, Jawa Tengah, ia bawa semangat lokal yang kuat, sering latihan ekstra untuk jaga kondisi. Pelatih Jean-Paul Van Gastel, yang kenal situasi sulit tim, puji Fikri sebagai pemain yang siap kapan saja. “Biasanya dia kiper ketiga, tapi situasi memaksa, dan ia buktiin diri,” ujar Van Gastel. Pengalaman ini tambah bekal Fikri, yang kontraknya baru diperpanjang klub, tunjukkan kepercayaan jangka panjang.
Momen Debut di Tengah Tekanan Besar: Debut Kiper Ketiga “Ndredheg” di PSIM Yogyakarta
Debut Fikri langsung diuji api: hadapi Persija di kandang mereka, di depan rekor penonton terbanyak Super League musim ini, 56.150 orang. Babak pertama berjalan mulus baginya; ia kawal gawang dengan tenang, blokir beberapa ancaman Macan Kemayoran, dan bantu PSIM tahan imbang 0-0 hingga turun minum. “Jujur, rasanya ndredheg sekali. Deg-degan, apalagi lama nggak main,” akunya usai laga. Babak kedua, dua gol Persija bersarang—satu dari Maxwell, satu dari Allano—tapi Fikri tak disebut penyebabnya. Ia catat beberapa penyelamatan krusial, termasuk duel udara dan distribusi bola yang akurat. Van Gastel bilang, “Saya puas; ia nikmati kesempatan ini.” Momen itu juga spesial karena bertepatan ulang tahun Persija, tapi Fikri tetap fokus, tunjukkan mental baja meski gugup.
Reaksi dan Apresiasi dari Tim serta Penggemar
Penampilan Fikri langsung dapat sambutan hangat. Van Gastel, pelatih PSIM, beri apresiasi tinggi: “Ini sulit, tapi ia buktiin pelatih nggak salah pilih. Harap ia nikmati setiap laga ke depan.” Rekan setimnya, seperti bek dan gelandang, puji koordinasinya di belakang, yang bantu tim bertahan lebih rapat. Penggemar PSIM, yang ikut ribuan ke Jakarta, heboh di media sosial, sebut Fikri sebagai “pahlawan cadangan” yang layak dapat kesempatan lebih. Bahkan, media nasional soroti ceritanya sebagai contoh underdog di sepak bola Indonesia. Fikri sendiri syukuri kepercayaan: “Terima kasih pelatih; ini motivasi besar.” Dampaknya, PSIM kini punya opsi lebih di gawang, terutama saat Supriadi dan Suardi pulih, dan Fikri potensial naik jadi pelapis utama.
Kesimpulan
Debut “ndredheg” Khairul Fikri di PSIM Yogyakarta jadi kisah manis di balik kekalahan lawan Persija, tunjukkan bahwa peluang kecil bisa lahirkan bintang. Dari latar belakang pelapis hingga tekanan 56 ribu mata, ia buktiin kualitas dengan penyelamatan solid dan mental tangguh. Apresiasi Van Gastel dan tim perkuat posisinya untuk musim panjang Super League. Ke depan, Fikri siap isi kekosongan kapan saja, bantu Laskar Mataram naik klasemen. Ini pengingat: di sepak bola, siapa pun bisa jadi pahlawan, asal ambil momen dengan kedua tangan. PSIM punya kiper muda cerah; cerita Fikri baru mulai.
