Alasan Jurgen Klopp Menolak MU di Tahun 2013. Pada acara gala amal di Liverpool baru-baru ini, Jürgen Klopp membuat penggemar sepak bola terkejut dengan pengungkapan detail rahasia dari masa lalunya. Mantan pelatih The Reds itu mengakui pernah ditawari kursi panas Manchester United pada 2013, tepat setelah David Moyes dipecat akibat musim buruk pasca-pensiun Sir Alex Ferguson. Namun, Klopp menolak tawaran itu dengan tegas, dan kini, lebih dari satu dekade kemudian, ia jelaskan alasan mendalam di balik keputusannya. “Saya bertemu orang-orang di sana, tapi apa yang mereka katakan tak membuat saya nyaman,” ujar Klopp dengan tawa khasnya, sambil menambahkan bahwa proyek United saat itu terasa salah arah. Pengakuan ini muncul di tengah nostalgia pasca-pensiunnya pada Mei 2024, saat ia refleksikan bagaimana penolakan itu membentuk jalur kariernya menuju Anfield. Di era di mana rivalitas Manchester-Liverpool masih membara, cerita ini seperti hembusan angin segar—bukti bahwa Klopp selalu pilih jalan hati nuraninya, bukan godaan instan. INFO CASINO
Latar Belakang Pendekatan United yang Menggoda: Alasan Jurgen Klopp Menolak MU di Tahun 2013
Tahun 2013 adalah masa transisi kritis bagi Manchester United. Setelah Ferguson pensiun pada 2013, Moyes yang direkrut sebagai penerusnya gagal memenuhi ekspektasi: tim finis ke-7 di Premier League, rekor terburuk sejak 1990, dan tersingkir dini dari Liga Champions. Manajemen United, dipimpin oleh keluarga Glazer dan Ed Woodward, panik mencari pelatih baru yang bisa pulihkan kejayaan. Mata mereka tertuju pada Jürgen Klopp, yang saat itu sedang di puncak karier di Borussia Dortmund. Klopp baru saja bawa Dortmund ke final Liga Champions 2013, kalah tipis dari Bayern Munich, dan raih dua gelar Bundesliga berturut-turut pada 2011-2012.
Pendekatan United datang cepat: pertemuan rahasia di London, di mana Klopp didampingi agennya. Mereka tawarkan gaji besar dan janji dukungan penuh, menggambarkan Old Trafford sebagai panggung ideal untuk visi “gegenpressing” Klopp yang revolusioner. Saat itu, Dortmund sedang dalam fase emas—tim muda, dinamis, dengan bintang seperti Robert Lewandowski dan Marco Reus. Klopp, usia 46 tahun, sudah bangun identitas kuat di Signal Iduna Park, di mana ia sebut dirinya seperti “ayah” bagi skuad. Tawaran United menggoda, tapi juga berisiko: meninggalkan proyek Dortmund yang setengah jalan demi klub raksasa yang baru saja goyah. Klopp akui, “Itu kesempatan besar, tapi saya tanya diri sendiri: apakah ini benar?”
Alasan Utama Penolakan: Kurangnya Visi dan Kontrol: Alasan Jurgen Klopp Menolak MU di Tahun 2013
Pengungkapan Klopp yang paling mencolok adalah ketidaksukaannya pada rencana jangka pendek United. Di pertemuan itu, perwakilan klub bilang, “Kami bisa tarik Paul Scholes dari pensiun. Kami bisa bawa Rio Ferdinand kembali. Kami rekrut pemain ini, pemain itu.” Mereka soroti ide merevitalisasi skuad dengan veteran seperti Scholes, yang pensiun 2013, dan Ferdinand, yang kontraknya habis. Klopp gelengkan kepala: “Saya tak mau bawa Paul Pogba kembali”—rujukan pada gelandang muda Juventus saat itu, yang akhirnya United beli 2016 seharga 89 juta pound tapi gagal adaptasi.
Bagi Klopp, ini bukan soal nama besar, tapi filosofi. Ia tolak proyek yang bergantung pada nostalgia dan patch-up cepat, bukan bangun fondasi baru. “Mereka ingin sukses instan, tapi saya tak punya kontrol penuh atas transfer atau visi jangka panjang,” katanya. Di Dortmund, Klopp punya kebebasan total: ia rekrut talenta muda seperti Jadon Sancho nanti, dan ciptakan kultur kerja keras. United saat itu terasa seperti kapal karam yang butuh tambal sulam, bukan revolusi. Selain itu, timing-nya salah: Dortmund sedang bersaing sengit dengan Bayern, dan Klopp tak rela tinggalkan fans yang ia sebut “keluarga kedua.” Penolakan ini tegas—ia bahkan tolak tawaran kedua, pilih perpanjang kontrak Dortmund hingga 2018.
Dampak Keputusan bagi Karier Klopp dan Rivalitas Klub
Penolakan Klopp jadi titik balik kariernya. Ia tinggal di Dortmund hingga 2015, raih satu gelar Bundesliga lagi dan final UCL 2013, tapi akhirnya cabut karena kelelahan. Langsung ke Liverpool pada Oktober 2015, di mana ia ubah The Reds dari tim medioker jadi dinasti: final UCL 2018, gelar liga 2020, dan enam trofi mayor. Bayangkan jika ia pilih United? Mungkin tak ada “You’ll Never Walk Alone” yang bergema di Anfield, atau Klopp pensiun dengan penyesalan. Sebaliknya, di Liverpool, ia punya kontrol: rekrut Mohamed Salah, Virgil van Dijk, dan bangun gegenpressing yang cocok dengan semangat tim.
Bagi United, penolakan itu jadi awal mimpi buruk. Mereka pilih David Moyes gagal, lalu Louis van Gaal dan José Mourinho—semua tak capai level Ferguson. Hingga Erik ten Hag datang 2022, United bergulat dengan inkonsistensi, finis ke-8 pada 2023/24. Klopp sering sindir rivalnya secara halus, seperti saat derbi 2023 di mana ia sebut United “tak relevan.” Pengungkapan ini tambah ironi: Klopp tolak Old Trafford, tapi bangun legenda di Anfield, di mana ia menang 13 dari 19 derbi melawan United. Fans Liverpool kini rayakan cerita ini sebagai bukti takdir—Klopp pilih hati, bukan uang.
Kesimpulan
Pengungkapan Jürgen Klopp soal penolakan Manchester United pada 2013 ungkap sisi manusiawi dari seorang jenius taktik: ia pilih visi jangka panjang, kontrol penuh, dan timing tepat daripada godaan instan. Dari latar belakang pendekatan yang menggoda, alasan filosofis yang kuat, hingga dampak monumental bagi kariernya di Liverpool, cerita ini bukti keputusan besar sering lahir dari insting. Kini, pasca-pensiun, Klopp bisa tersenyum melihat bagaimana “tidak” itu bawa ia ke surga Anfield. Bagi sepak bola, ini pelajaran abadi: sukses tak selalu soal tawaran terbesar, tapi proyek yang selaras dengan jiwa. Di rivalitas yang tak pernah usai, Klopp tetap juara—bukan di Old Trafford, tapi di hati jutaan fans Merseyside.