Posisi Timnas Indonesia Digeser Malaysia di Ranking FIFA. Update ranking FIFA terbaru pada 10 Oktober 2025 membawa kabar pahit bagi Timnas Indonesia. Garuda, yang sempat naik daun berkat kemenangan gemilang di Kualifikasi Piala Dunia 2026 awal tahun, kini tergeser oleh tetangga dekat Malaysia. Indonesia turun ke peringkat 134 dunia dengan poin 1.208,3, sementara Malaysia melompat ke 133 dengan 1.212,1 poin—selisih tipis 3,8 poin yang terasa seperti tamparan. Ini pertama kalinya dalam lima tahun Malaysia di atas Indonesia, sejak Garuda sempat unggul berkat ASEAN Championship 2024. Penyebab utama? Kekalahan 2-3 dari Arab Saudi di Jeddah dini hari 6 Oktober, yang curi 15 poin FIFA, ditambah absennya laga kompetitif Malaysia baru-baru ini. Di Grup B Kualifikasi Piala Dunia, posisi ini bikin skuad Patrick Kluivert makin tertekan jelang duel lawan Irak. Bukan akhir dunia, tapi sinyal kuat: kompetisi ASEAN makin sengit, dan Garuda harus buru-buru bangkit. BERITA TERKINI
Penyebab Utama Penurunan: Dampak Kekalahan di Kualifikasi Piala Dunia: Posisi Timnas Indonesia Digeser Malaysia di Ranking FIFA
Ranking FIFA dihitung via rumus Elo-modifikasi: poin baru = poin lama + I × (hasil aktual – hasil ekspektasi), di mana I adalah koefisien penting (15 untuk pertandingan resmi seperti kualifikasi). Kekalahan Indonesia dari Arab Saudi jadi pukulan telak. Sebelum laga, Garuda punya 1.223,5 poin di posisi 131. Arab Saudi, peringkat 53, adalah lawan berat—ekspektasi kemenangan Indonesia hanya 20%. Hasil 2-3 curi 15 poin penuh, turunkan posisi dua anak tangga. Ini kontras dengan kemenangan sebelumnya: 3-1 atas Bahrain (Maret 2025) tambah 20 poin, dan 2-0 kontra China (Juni 2025) beri 18 poin.
Malaysia, sebaliknya, untung dari inersia. Mereka tak main di periode update ini, tapi poin stabil di 1.212,1 setelah naik dari kemenangan 4-0 atas Timor Leste di kualifikasi Piala Asia 2027 (September 2025). Skandal naturalisasi tujuh pemain “heritage” yang kena sanksi FIFA 26 September—denda CHF 350.000 dan larangan 12 bulan—tak langsung potong poin ranking, karena sanksi lebih ke eligibilitas masa depan. Hasilnya, Malaysia geser Indonesia tanpa usaha ekstra. Ini ingatkan betapa rapuhnya sistem: satu kekalahan buruk bisa balikkan posisi, terutama di Zona Asia di mana pertandingan jarang.
Performa Terbaru Malaysia: Bangkit dari Krisis Internal: Posisi Timnas Indonesia Digeser Malaysia di Ranking FIFA
Malaysia bukan cuma beruntung; mereka tunjukkan tanda-tanda pemulihan. Di bawah pelatih Kim Pan-gon sejak 2023, Harimau Malaya capai ranking tertinggi 137 dunia (Februari 2024) setelah seri 2-2 lawan Syria dan 1-1 kontra China di kualifikasi Piala Dunia. Di Piala Asia 2027 kualifikasi, mereka kuasai Grup D dengan 10 poin dari tiga laga: menang 5-0 atas Nepal, 4-0 Timor Leste, dan seri 1-1 Vietnam. Pemain kunci seperti Faisal Halim (Selangor FC) dan Dion Cools (Cerezo Osaka) beri kontribusi besar, dengan rata-rata 2,3 gol per laga.
Skandal heritage player—melibatkan nama seperti Gabriel Arrocha dan Facundo Garces yang dokumen palsu soal kakek-nenek Malaysia—bikin heboh. FIFA investigasi ungkap pemalsuan birthplace, tapi Malaysia appeal sanksi dan tetap main tanpa pemain itu. Ini malah satukan tim: fokus ke talenta lokal seperti Safawi Rasid, yang cetak hat-trick lawan Nepal. Ranking naik ke 133 bikin mereka nomor 4 ASEAN, di belakang Vietnam (95), Thailand (113), dan Filipina (135). Bagi Indonesia, ini peringatan: Malaysia, yang kalah 0-1 dari Garuda di AFF 2024, kini ancam posisi runner-up Grup B Kualifikasi Piala Dunia.
Dampak bagi Timnas Indonesia: Tekanan di Jalur Kualifikasi dan Rivalitas ASEAN
Geser posisi ini tambah beban Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Di Grup B, Indonesia kini juru kunci dengan 7 poin dari empat laga—kalah 0-2 Irak, menang 1-0 Bahrain, 2-0 China, tapi tumbang 2-3 Saudi. Ranking 134 bikin peluang lolos ronde lima via runner-up makin tipis; Irak (59) dan Saudi (53) dominan, sementara Bahrain (80) masih ancam. Kluivert, yang gantikan Shin Tae-yong Januari 2025, akui: “Ranking turun, tapi mental naik setelah lawan Saudi.” Naturalisasi seperti Jay Idzes (PSV) dan Kevin Diks (Feyenoord) beri harapan, tapi integrasi butuh waktu—lihat saja penalti Diks yang selamatkan muka di Jeddah.
Rivalitas ASEAN makin panas. Indonesia unggul head-to-head 28-12-15 lawan Malaysia, tapi ranking geser ini picu perdebatan di media sosial. Suporter Garuda khawatir trauma ulang, seperti kalah 1-4 di AFF 2010. PSSI di bawah Erick Thohir dorong reformasi: tingkatkan Liga 1 untuk lebih banyak jam terbang, dan fokus U-23 untuk AFF 2026. Positifnya, ranking ini motivasi jelang laga Irak 12 Oktober—menang bisa tambah 25 poin, balikkan posisi. Tapi tanpa perbaikan pertahanan (kebobolan 7 gol di dua laga terakhir), Garuda bakal stuck di tengah-tengah Asia Tenggara.
Kesimpulan
Posisi Timnas Indonesia digeser Malaysia di ranking FIFA Oktober 2025 adalah tamparan yang tepat waktu, tapi juga panggilan untuk aksi. Dari dampak kekalahan Saudi hingga bangkitnya Harimau Malaya pasca-skandal, ini tunjukkan betapa dinamisnya sepak bola Asia. Garuda, dengan skuad muda berbakat dan pelatih ambisius Kluivert, punya modal untuk balik naik—terutama jika pecah kutukan lawan Irak. Ranking bukan akhir, tapi cermin: butuh konsistensi, bukan sekadar euforia kemenangan sporadis. Di panggung ASEAN yang makin kompetitif, Indonesia harus tiru Malaysia: bangkit dari krisis, fokus fondasi. Saatnya Garuda tak lagi tergeser, tapi jadi yang geser yang lain menuju mimpi Piala Dunia.